Monday, October 13, 2014

Cerita Sex : Entot Ma Rekan Kerjaku

 Cerita Sex : Entot Ma Rekan Kerjaku


 Di kantorku ada seorang wanita berjilbab yang sangat cantik dan anggun. Tingginya sekitar 165 cm dengan tubuh yang langsing. Kulitnya putih dengan lengsung pipit di pipi menambah kecantikannya, suaranya halus dan lembut. Setiap hari dia mengenakan baju gamis yang panjang dan longgar untuk menyembunyikan lekuk tubuhnya, namun aku yakin bahwa tubuhnya pasti indah. Namanya Fatma, dia sudah bersuami dan beranak 2, usianya sekitar 30 tahun. Dia selalu menjaga pandangan matanya terhadap lawan jenis yang bukan muhrimnya, dan jika bersalamanpun dia tidak ingin bersentuhan tangan.

Namun kesemua itu tidak menurunkan rasa ketertarikanku padanya,
bahkan aku semakin penasaran untuk bisa mendekatinya apalagi sampai bisa menikmati tubuhnya…., Ya…. Benar… Aku memang terobsesi dengan temanku ini. Dia betul-betul membuatku penasaran dan menjadi objek khayalanku
siang dan malam di saat kesendirianku di kamar kost. Aku sebenarnya sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak yang masih kecil-kecil, namun anak dan istriku berada di luar kota dengan mertuaku, sedangkan aku di sini kost dan pulang ke istriku seminggu sekali. Kesempatan untuk bisa mendekatinya akhirnya datang juga,
ketika aku dan dia ditugaskan oleh atasan kami untuk mengikuti workshop di sebuah hotel di kota Bandung selama seminggu.

Hari-hari pertama workshop aku berusaha mendekatinya agar bisa berlama-lama ngobrol dengannya, namun Dia benar-benar tetap menjaga jarak denganku, hingga pada hari ketiga kami mendapat tugas yang harus diselesaikan secara bersama-sama dalam satu unit kerja. Hasil pekerjaan harus diserahkan pada hari kelima. Untuk itu kami bersepakat untuk mengerjakan tugas tersebut di kamar hotelnya, karena kamar hotel yang ditempatinya terdiri dari dua ruangan, yaitu ruang tamu dan kamar tidur. Sore harinya pada saat tidak ada kegiatan workshop, aku sengaja jalan-jalan untuk mencari obat perangsang dan kembali lagi sambil membawa makanan dan minuman ringan. Sekitar jam tujuh malam aku mendatangi kamarnya dan kami mulai berdiskusi tentang tugas yang diberikan. Selama berdiskusi kadang-kadang Fatma bolak-balik masuk ke kamarnya untuk mengambil bahan-bahan yang dia simpan di kamarnya, dan pada saat dia masuk ke kamarnya untuk kembali mengambil bahan yang diperlukan maka dengan cepat aku membubuhkan obat perangsang yang telah aku persiapkan.

Dan aku melanjutkan pekerjaanku seolah-olah tidak terjadi apa-apa ketika dia kembali dari kamar. Hatiku mulai berbunga-bunga, karena obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya mulai bereaksi. Hal ini tampak dari deru napasnya yang mulai memburu dan duduknya gelisah serta butiran-butiran keringat yang mulai muncul dikeningnya. Selain itu pikirannyapun nampaknya sudah susah untuk focus terhadap tugas yang sedang kami kerjakan Namun dengan sekuat tenaga dia tetap menampilkan kesan sebagai seorang wanita yang solehah, walaupun seringkali ucapannya secara tidak disadarinya disertai dengan desahan napas yang memburu dan mata yang semakin sayu. Aku masih bersabar untuk tidak langsung mendekap dan mencumbunya, kutunggu hingga reaksi obat perangsang itu benar-benar menguasainya sehingga dia tidak mampu berfikir jernih. Setelah sekitar 30 menit, nampaknya reaksi obat perangsang itu sudah menguasainya, hal ini Nampak dari matanya yang semakin sayu dan nafas yang semakin menderu serta gerakan tubuh yang semakin gelisah.

Dia sudah tidak mampu lagi focus pada materi yang sedang didiskusikan, hanya helaan nafas yang tersengal diserta tatapan yang semakin sayu padaku. Aku mulai menggeser dudukku untuk duduk berhimpitan disamping kanannya, dia seperti terkejut namun tak mampu mengeluarkan kata-kata protes atau penolakan, hanya Nampak sekilas dari tatapan matanya yang memandang curiga padaku dan ingin menggeser duduknya menjauhiku, namun nampaknya pengaruh obat itu membuat seolah-olah badannya kaku dan bahkan seolah-olah menyambut kedatangan tubuhku. Setelah yakin dia tidak menjauh dariku, tangan kiriku mulai memegang tangan kanannya yang ia letakkan di atas pahanya yang tertutup oleh baju gamisnya. Tangan itu demikian halus dan lembut, yang selama ini tidak pernah disentuh oleh pria selain oleh muhrimnya. Tangannya tersentak lemah dan ada usaha untuk melepaskan dari genggamanku, namun sangat lemah bahkan bulu-bulu halus yang ada di lengannya berdiri seperti dialiri listrik ribuan volt. Matanya terpejam dan tanpa sadar mulutnya melenguh..”Ouhh….”, tangannya semakin basah oleh keringat dan tanpa dia sadari tangannya meremas tanganku dengan gemas. Aku semakin yakin akan reaksi obat yang kuberikan… dan sambil mengutak-atik laptop, tanpa sepengetahuannya aku aktifkan aplikasi webcam yang dapat merekam kegiatan kami di kursi panjang yang sedang kami duduki dengan mode tampilan gambar yang di hide sehingga kegiatan kami tak terlihat di layar monitor.

Lalu tangan kananku menggenggam tangan kanannya yang telah ada dalam genggamanku, tangan kiriku melepaskan tangan kanannya yang dipegang dan diremas mesra oleh angan kananku, sehingga tubuhku menghadap tubuhnya dan tangan kiriku merengkuh pundaknya dari belakang. Matanya medelik marah dan dengan terbata-bata dan nafas yang memburu dia berkata “Aaa…aapa..apaan….nih……Pak..?” dengan lemah tangan kirinya berusaha melepaskan tangan kiriku dari pundaknya. Namun gairahku semakin meninggi, tanganku bertahan untuk tidak lepas dari pundaknya bahkan dengan gairah yang menyala-nyala wajahku langsung mendekati wajahnya dan secara cepat bibirku melumat gemas bibir tipisnya yang selama ini selalu menggoda nafsuku. Nafsuku semakin terpompa cepat setelah merasakan lembut dan nikmatnya bibir tipis Fatma, dengan penuh nafsu kuhisap kuat bibir tipis itu. “Ja..jangan …Pak Ouhmmhhh… mmmhhhh…” Hanya itu kata yang terucap dari bibirnya.. karena bibirnya tersumpal oleh bibirku. Dia memberontak.., tapi kedua tangannya dipegang erat oleh tanganku, sehingga ciuman yang kulakukan berlangsung cukup lama. Fatma terus memberontak…, tapi gairah yang muncul dari dalam dirinya akibat efek dari obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya membuat tenaga berontaknya sangat lemah dan tak berarti apa-apa pada diriku. Bahkan semakin lama kedua tangannya bukan berusaha untuk melepaskan dari pegangn tanganku tapi seolah mencengkram erat kedua tanganku seperti menahan nikmatnya rangsangan birahi yang kuberikan padanya, perlahan namun pasti bibirnya mulai membalas hisapan bibirku, sehingga terjadilah ciumannya yang panas menggelora, matanya tertutup rapat menikmati ciuman yang kuberikan. Pegangan tanganku kulepaskan dan kedua tanganku memeluk erat tubuhnya sehingga dadaku merasakan empuknya buahdada yang tertutup oleh baju gamis yang panjang.

Dan kedua tangannyapun memeluk erat dan terkadang membelai mesra punggungku. Bibirku mulai merayap menciumi wajahnya yang cantik, tak semilipun dari permukaan wajahnya yang luput dari ciuman bibirku. Mulutnya ternganga… matanya mendelik dengan leher yang tengadah… ”Aahhh….. ouh…… mmmhhhh…. eehh… ke.. na.. pa….. begi..nii…ouhhh …” Erangan penuh rangsangan keluar dari bibirnya disela-sela ucapan ketidakmengertian yang terjadi pada dirinya.. Sementara bibirku menciumi wajah dan bibirnya dan terkadang lehernya yang masih tertutup oleh jilbab yang lebar…, secara perlahan tangan kanan merayap ke depan tubuhnya dan mulai meremas buah dadanya.. ”Ouhhh….aahhh…” kembali dia mengerang penuh rangsangan. Tangan kirinya memegang kuat tangan kananku yang sedang meremas buahdadanya. Tetapi ternyata tangannya tidak berusaha menjauhkan telapak tanganku dari buahdadanya, bahkan mengarahkan jariku pada putting susunya agar aku mempermainkan putting susunya dari luar baju gamis yang dikenakannya “ouh…ouh…ohhh…..” erangan penuh rangsangan semakin tak terkendali keluar dari mulutnya Telapak tanganku dengan intens mempermainkan buahdadanya…, keringat sudah membasahi gamisnya…, bahkan tangan kanannya dengan gemas merengkuh belakang kepalaku dan mengacak-ngacak rambutku serta menekan wajahku agar ciuman kami semakin rapat…Nafasnya semakin memburu dengan desahan dan erangan nikmat semakin sering keluar dari mulutnya yang indah. Tangan kananku dengan lincah mengeksplorasi buahdada, pinggang dan secara perlahan turun ke bawah untuk membelai pingggul dan pantatnya yang direspon dengan gerakan menggelinjang menahan nikmatnya nafsu birahi yang terus menderanya.

Tangan kananku semakin turun dan membelai pahanya dari luar gamis yang dikenakannya… dan terus kebawah hingga ke ujung gamis bagian bawah. lalu tanganku menyusup ke dalam sehingga telapak tanganku bisa langsung menyentuh betisnya yang jenjang.. Ouhhh… sungguh halus dan lembut terasa betis indah ini, membuat nafsuku semakin membumbung tinggi, penisku semakin keras dan bengkak sehingga terasa sakit karena terhimpit oleh celana panjang yang kukenakan, maka secara tergesa-gesa tangan kiriku menarik sleting celana dan mengeluarkan batang penisku yang tegak kaku. Dari sudut matanya, Fatma melihat apa yang kulakukan dan dengan mata yang terbelalak dan mulut ternganga ia menjerit pelan melihat penisku yang tegak kaku keluar dari dalam celana ”Aaaihhh…”. Dari sorot matanya, tampak gairah yang semakin menyala-nyala ketika menatap penis tegakku. Belaian tangan kananku semakin naik ke atas…., ke lututnya, lalu…. Cukup lama bermain di pahanya yang sangat halus…., Fatma semakin menggelinjang ketika tangan kananku bermain di pahanya yang halus, dan mulutnya terus-terusan mengerang dan mengeluh nikmat “ Euhh….. ouhhhh….. hmmmnnn…. Ahhhhh……” Tanganku lalu naik menuju pangkal paha…., terasa bahwa bagian cd yang berada tepat di depan vaginanya sudah sangat lembab dan basah. Tubuhnya bergetar hebat ketika jari tanganku tepat berada di depan vaginanya , walaupun masih terhalang CD yang dikenakannya…, tubuhnya mengeliat kaku menahan rangsangan nikmat yang semakin menderanya sambil mengeluarkan deru nafas yang semakin tersengal “Ouh….ouhhhh…” Ketika tangan kananku menarik CD yang ia kenakan…., ternyata kedua tangan Fatma membantu meloloskan CD Itu dari tubuhnya. Kusingkapkan bagian bawah gamis yang ia kenakan ke atas hingga sebatas pinggang, hingga tampak olehku vaginanya yang indah menawan, kepalanya kuletakan pada sandaran lengan kursi.., kemuadian pahanya kubuka lebar-lebar.., kaki kananku menggantung ke bawah kursi, sedangkan kaki kiriku terlipat di atas kursi.

Dengan masih mengenakan celana panjang, kuarahkan penisku yang keluar melalui sleting yang terbuka ke lubang vagina yang merangsang dan sebentar lagi akan memberikan berjuta-juta kenikmatan padaku. Ku gesek-gesekan kepala penisku pada lipatan liang vaginanya yang semakin basah..”Auw…auw….. Uuhhhh….. uuuhhh…. Ohhh ….” Dia mengaduh dan mengeluh… membuatku bertanya-tanya apakah ia merasa kesakitan atau menahan nikmat, tapi kulihat pantatnya naik turun menyambut gesekan kepala penisku seolah tak sabar ingin segera dimasuki oleh penisku yang tegang dan kaku…. Lalu dengan hentakan perlahan ku dorong penisku dan… Blessshhh…. Kepala penisku mulai menguak lipatan vaginanya dan memasuki lorong nikmat itu dan “AUW… AUW…. Auw… Ouhhh……uhhhh…… aaahhhh…” tanpa dapat terkendali Fatma mengaduh dan mengerang nikmat dan mata terpejam rapat…., rintihan dan erangan Fatma semakin merangsangku dan secara perlahan aku mulai memaju mundurkan pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya dan memberikan sensasi nikmat yang luar biasa. Hal yang luar biasa dari Fatma ternyata dia terus mengaduh dan mengerang setiap aku menyodokkan batang penisku ke dalam vaginanya. Rupanya dia merupakan tipe wanita yang selalu mengaduh dan mengerang tak terkendali dalam mengekspresikan rasa nikmat seksual yang diterimanya. Tak berapa lama kemudian, tanpa dapat kuduga, kedua tangan Fatma merengkuh pantatku dan menarik pantatku kuat-kuat dan pantatnya diangkatnya sehingga seluruh batang penisku amblas ditelan liang vagina yang basah, sempit dan nikmat. Lalu tubuhnya kaku sambil mengerang nikmat “Auuuww…. Auuuwww…… Auuuuuhhhh….. Aakkkhhhh…..” kedua kakinya terangkat dan betisnya membelit pinggangku dengan telapak kaki yang menekan kuat pantatku hingga gerakan pantatku agak terhambat dan kedua tangannya merengkuh pundakku dengan kuat dan beberapa saat kemudian tubuhnya kaku namun dinding vaginanya memijit dan berkedut sangat kuat dan nikmat membuat mataku terbelalak menahan nikmat yang tak terperi, Lalu …. badannya terhempas lemah…, namun liang vaginanya berkedut dan meremas dengan sangat kuat batang penisku sehingga memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.

Gairah yang begitu tinggi akibat rangsangan yang diterimanya telah mengantarnya menuju orgasmenya yang pertama. Keringat tubuhku membasahi baju membuatku tidak nyaman, sambil membiarkannya menikmati sensasi nikmatnya orgasme yang baru diperolehnya dengan posisi penisku yang masih menancap di liang vaginanya, aku membuka bajuku hingga bertelanjang dada tetapi masih mengenakan celana panjang. Lalu secara perlahan aku mulai mengayun pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya. Rasa nikmat kembali menderaku akibat gesekan dinding vaginanya dengan batang penisku. Perlahan namun pasti, pantat Fatma merespon setiap gerakan pantatku. Pinggul dan pantatnya bergoyang dengan erotis membalas setiap gerakanku. Mulutnyapun kembali mengaduh mengekspresikan rasa nikmat yang kembali dia rasakan “Auw…Auw… Auuuwww…. Ouhhh…. Aahhh…”

Rangsangan dan rasa nikmat yang kurasakanpun semakin menjadi-jadi. Dan erangan nikmatnyapun terus-menerus diperdengarkan oleh bibirnya yang tipis menggairahkan sambil kepala yang bergoyang kekiri dan ke kanan diombang-ambingkan oleh rasa nikmat yang kembali menderanya “Auw…Auw… Auuuwww…. Oohhh… ohhh… oohhh…” erangan nikmat semakin tak terkendali dan seolah puncak kenikmatan akan kembali menghampirinya hal ini tampak dari gelinjang tubuhnya yang semakin cepat dan kedua tangannya yang kembali menarik-narik pantatku agar penisku masuk semakin dalam mengobok-obok liang nikmatnya dan kedua kakinya sudah mulai membelit pantatku. Namun aku mencabut penisku , dan hal itu membuat Fatma gelagapan sambil berkata terbata-bata “Ke..napa…..di cabut…? Ouh…. Oh…” dengan sorot mata protes dan napas yang tersengal-sengal… “Ribet ….” Kataku, sambil berdiri dan membuka celana panjang sekaligus dengan CD yang kukenakan. Lalu sambil menatapnya “Gamisnya buka dong..!” Dia menatapku ragu.., namun dorongan gairah telah membutakan pikirannya apalagi dengan penuh gairah dia melihatku telanjang bulat di hadapannya, maka dengan tergesa-gesa dia berdiri dihadapanku dan melolosi seluruh pakaian yang dikenakannya…, mataku melotot menikmati pemandangan yang menggairahkan itu. Oohhh…. kulitnya benar-benar putih dan halus, penisku terangguk-angguk semakin tegang dan keras. Dia melepaskan gamis dan BHnya sekaligus, hingga dihadapanku telah berdiri bidadari yang sangat cantik menggairahkan dalam keadaan bulat menantangku untuk segera mencumbunya. Dalam keadaan berdiri aku langsung memeluknya dan bibirku mencium bibirnya dengan penuh gairah…. Diapun menyambut ciumanku dengan gairah yang tak kalah panasnya. Bibir dan lidahku menjilati bibir, pipi lalu ke lehernya yang jenjang yang selama ini selalu tertutup oleh jilbabnya yang lebar…. Fatma mendongakkan kepala hingga lehernya semakin mudah kucumbu… Penisku yang tegang menekan-nekan selangkangannya membuat dia semakin bergairah.

Dengan gemetar, tangannya meraih batang penisku dan mengarahkan kedepan liang vaginanya yang sudah sangat basah dan gatal., kaki kanannya dia angkat keatas kursi sehingga kepala penisku lebih mudah menerobos liang vaginanya dan blesshh….. kembali rasa nikmat menjalar di sekujur pembuluh nadiku dan mata Fatmapun terpejam merasakan nikmat yang tak terperi dan dari mulutnyapun erangan nikmat “Auw… Auww… Oohh….. akhhh….” Kepalanya terdongak dan kedua tangannya memeluk erat punggungku. Lalu pantatku mulai bergerak maju mundur agar batang penisku menggesek dinding vaginanya yang sempit, basah dan berkedut nikmat menyambut setiap gesekan dan kocokan batang penisku yang semakin tegang dan bengkak. Diiringi dengan rintihan nikmat Fatma yang khas… …”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…” Sambil pantatku memompa liang vaginanya yang nikmat, kepala Fatma semakin terdongak ke belakang sehingga wajahku tepat berada didepan buahdadanya yang sekal dan montok, maka mulut dan lidahku langsung menjilati dan menghisap buah dada indah itu.. putting susunya semakin menonjol keras. Fatma semakin mengerang nikmat…”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…” Gerakan tubuh Fatma semakin tak terkendali, dan tiba-tiba kedua kakinya terangkat dan membelit pinggangku, kemudian dia melonjak-lonjankkan tubuhnya sambil memeluk erat tubuhku sambil menjerit semakin keras …”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”. Kedua tanganku menahan pantatnya agar tidak jatuh dan penisku tidak lepas dari liang vaginanya sambil merasakan nikmat yang tak terperi… Tak lama kemudian kedua tangannya memeluk erat punggungku dan mulutnya menghisap dan menggigit kuat leherku. Tubuhnya kaku…., dan dinding vaginanya meremas dan memijit-mijit nikmat batang penisku. Dan tak lama kemudian “AAAAUUUUWWWW………..Hhhooohhhh….” Dia mengeluarkan jeritan dan keluhan panjang sebagai tanda bahwa dia telah mendapatkan orgasme yang kedua kali… Tubuhnya melemas dan hampir terjatuh kalau tak ku tahan.

Lalu dia terduduk di kursi sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, badannya basah oleh keringat yang bercucuran dari seluruh pori-pori tubuhnya. Tapi dibalik rasa lelah yang menderanya, gairahnya masih menyala-nyala ketika melihat batang penisku yang masih tegang mengangguk-angguk. Aku duduk disampingnya dengan nafas yang memburu oleh gairah yang belum terpuaskan. Tiba-tiba dia berdiri membelakangiku, kakinya mengangkang dan pantatnya diturunkan mengarahkan liang vaginanya agar tepat berada diatas kepala penisku yang berdiri tegak. Tangan kanannya meraih penisku agar tepat berada di depan liang vaginanya dan … bleshhhh…. “AUUWW…. Auww…. Ahhhh…” Secara perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kembali batang penisku menyusuri dinding vagina yang sangat nikmat dan memabukkan..”Aaahhh……” erangan nikmat kembali keluar dari mulutnya. Lalu dia mulai menaik turunkan pantatnya agar batang penisku mengaduk-ngaduk vaginanya dari bawah.. Semikin lama gerakannya semakin melonjak-lonjak sambil tiada henti mengerang penuh kenikmatan, kedua tanganku memegang kedua buahdadanya dari belakang sambil meremas dan mempermainkan putting susu yang semakin keras dan menonjol. Kepalanya mulai terdongak dan menoleh kebelakang mencari bibirku atau bagian leherku yang bisa diciumnya dan kamipun berciuman dalam posisi yang sangat menggairahkan… lonjakan tubuhnya semakin keras dan kaku dan beberapa saat kemudian kembali batang penisku merasakan pijatan dan remasan yang khas dari seorang wanita yang mengalami orgasme sambil menjerit nikmat “AAAUUUUUWWWWW…….. Aaakkhhhh………” Namun saat ini, aku tidak memberi waktu padanya untuk beristirahat, karena aku merasa ada dorongan dalam tubuhku untuk segera mencapai puncak, karena napasku sudah tersengal-sengal tidak teratur, maka kuminta ia untuk posisi nungging dengan kaki kanan di lantai sedang kaki kiri di tempat duduk kursi sedangkan kedua tangannya bertahan pada kursi. Lalu kaki kananku menjejak lantai sedang kaki kiriku kuletakkan dibelakang Kaki kirinya sehingga selangkanganku tepat berada di belahan pantatnya yang putih, montok dan mengkilat oleh basahnya keringat. Tangan kananku mengarahkan kepala penisku tepat pada depan liang vaginanya yang basah dan semakin menggairahkan. Lalu aku mendorong pantatku hingga blessshhh…. “Auw… Auw… Ouhhhh….”

Kembali ia mengeluh nikmat ketika merasakan batang penisku kembali memasuki dirinya dari belakang. Kugerakan pantatku agar batang penisku kembali mengocok dinding vaginanya. Fatma memaju mundurkan pantatnya menyambut setiap sodokan batang penisku sambil tak henti-henti mengerang nikmat..Ouh… ohhh…ayoo.. Pak…ayo… ohh…ouhh…” Rupanya dia merasakan batang penisku yang semakin kaku dan bengkak yang menandakan bahwa beberapa saat lagi aku mencapai orgasme. Dia semakin bergairah menyambut setiap sodokan batang penisku, hingga akhirnya gerakan tubuhku semakin tak terkendali dan kejang-kejang dan pada suatu titik aku menancapkan batang penisku sedalam-dalamnya pada liang vaginanya yang disambut dengan remasan dan pijitan nikmat oleh dinding vaginanya sambil berteriak nikmat “Auuuuwwwhhhhhhh…… Aakkhhh…….” Dan diapun berteriak nikmat bersamaan denganku. Dan Cretttt…. Creeetttt… crettttt spermaku terpancar deras membasahi seluruh rongga diliang vaginanya yang nikmat… Tubuh Fatma ambruk telungkup dikursi dan tubuhkupun terhempas di kursi sambil memeluk tubuhnya dari belakang dengan helaan napas yang tersengal-sengal kecapaian… punggungku tersandar lemas pada sandaran kursi sambil berusaha menarik nafas panjang menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dan kuperhatikan Fatmapun tersungkur kelelahan sambil telungkup di atas kursi.

 Sambil beristirahat mengumpulkan napas dan tenaga yang hilang akibat pergumulan yang penuh nikmat, mataku menatap tubuh bugil Fatma yang basah oleh keringat. Dan terbayang olehku betapa liarnya Fatma barusan pada saat dia mengekspresikan kenikmatan seksual yang menghampirinya. Semua itu diluar dugaanku. Aku tak menyangka Fatma yang demikian anggun dan lemah lembut bisa demikian liar dalam bercinta…… Mataku menyusuri seluruh tubuh Fatma yang bugil dan basah oleh keringat…. Uhhh……. .. Tubuh itu benar-benar sempurna …… Putih , halus dan mulus…. Beruntung sekali malam ini aku bisa menikmati tubuh indah ini. Aku terus menikmati pemandangan indah ini, sementara Fatma nampaknya benar-benar kelelahan sehingga tak sadar bahwa aku sedang menikmati keindahan tubuhnya… Semakin aku memandangi tubuh indah itu, perlahan-lahan gairahku muncul kembali seiring dengan secara bertahap tubuhku pulih dari kelelahan yang menimpaku. Dalam hati aku berbisik agar malam ini aku bisa menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya sampai pagi. Membayangkan hal itu, gairahku dengan cepat terpompa dan perlahan-lahan penisku mulai mengeras kembali…. Perlahan tanganku membelai pinggulnya yang indah, dan bibirku menciumi pundaknya yang basah oleh keringat…., namun nampaknya Fatma terlalu lelah untuk merespon cumbuanku, dia masih terlena dengan kelelahannya… mungkin dia tertidur kelelahan. Posisi kami yang berada di atas kursi panjang ini membuatku kurang nyaman…, maka kuhentikan cumbuanku, kedua tanganku merengkuh tubuh indah Fatma dan dengan sisa-sisa tenaga yang mulai pulih kubopong tubuh indah itu ke kamar.

Dengan penuh semangat aku membopong tubuh bugil Fatma kearah kamar . Kuletakkan tubuhnya dengan hati-hati dalam posisi telentang. Fatma hanya melenguh lemah dengan mata yang masih terpejam. Aku duduk di atas kasur sambil memperhatikan tubuh indah ini lebih seksama. Semakin keperhatikan semakin terpesona aku akan kesempurnaan tubuh Fatma yang sedang telanjang bugil. Kulit yang demikian putih , halus dan mulus….. dengan bagian selangkangan yang benar-benar sangat indah dan merangsang. Di sela-sela liang vaginanya terlihat lelehan spermaku yang keluar dari dalam liang vaginanya mengalir keluar ke sela-sela kedua pahanya.. Aku mengambil tissue yang ada di pinggir tempat tidur dan mengeringkan lelehan sperma itu dengan penuh perasaan. Fatma menggeliat lemah., lalu matanya terbuka sedikit sambil mendesah..”uhhh……” Bibir dan lidahku tergoda untuk menciumi dan menjilati batang paha Fatma yang demikian putih dan mulus. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku mulai mencumbu pahanya. Seluruh permukaan kulit paha Fatma kuciumi dan jilati… tak ada satu milipun yang terlewat. Lambat laun gairah Fatma kembali terbangkitkan, mulutnya mendesis nikmat dan penuh rangsangan “uhhh….. ohhhh… sssssttt…” Sementara telapak tanganku bergerak lincah membelai dan mengusap paha, pantat, perut dan akhirnya meremas-remas buahdadanya yang montok. Erangannya semakin keras ketika aku memelintir putting susunya yang menonjol keras “Euhh….. Ouhhh…. Auw…… Ahhh…” disertai dengan gelinjang tubuh menahan nikmat yang mulai menyerangnya. Penisku semakin keras dan aku mulai memposisikan kedua pahaku di bawah kedua pahanya yang terbuka , lalu mengarahkan penisku ke tepat di lipatan vaginanya yang basah dan licin. Kugesek-gesekan kepala penisku sepanjang lipatan vaginanya, tubuhnya semakin bergelinjang…., pantatnya bergerak-gerak menyambut penisku seolah-olah tak sabar ingin ditembus oleh penis tegangku.

 Namun aku terus merangsang vaginanya dengan penisku…., dia semakin tak sabar …… tubuhnya semakin bergelinjang hebat. Dan akhirnya ia bangkit dan mendorong tubuhku hingga telentang di atas kasur, dia langsung menduduki selangkanganku… mengangkat pantatnya dan tangannya dengan gemetar meraih penisku dan mengarahkan ke tepat liang vaginanya, lalu langsung menekan pantatnya dalam-dalam hingga……. Blessshhhh……. batang penisku langsung menerobos dinding vaginanya yang basah namun tetap sempit dan berdenyut-denyut. Mataku nanar menahan nikmat…., napasku seolah-olah terhenti menahan nikmat yang ku terima…”Uhhhh…..” mulutku berguman menahan nikmat. Dengan mata terpejam menahan nikmat, Fatmapun mengaduh.”Auuww…. OOhhhhhhh……” Pantatnya dia diamkan sejenak merasakan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu secara perlahan dia menaik turunkan pantatnya hingga penisku mengocok-ngocok vaginanya dari bawah….. Erangan khasnya kembali dia perdengarkan “Auw….. auw…. auw… euhhhh…..” Semakin lama gerakan pantatnya semakin bervariasi…, kadang berputar-putar…. Kadang maju mundur dan terkadang ke atas ke bawah bagaikan piston sambil tak henti-hentinya mengaduh nikmat… Gerakannya semakin lincah dan liar, membuat aku tak henti-hentinya menahan nikmat. Kembali aku terpana oleh keliaran Fatma dalam bercinta…., sungguh aku tak menyangka…..Wanita sholeh…., anggun dan lembut ini begitu liar dan lincah .”Ouhhhh…. ouhhhh …” aku pun mengeluh nikmat menyahuti erangan nikmat yang keluar dari bibirnya yang tipis. Buahdadanya yang montok dan indah terguncang-guncang keras akibat gerakannya yang lincah dan membuatku tanganku terangsang untuk meremasnya, maka kedua buahdada itu kuremas-remas gemas.

Fatma semakin mengerang nikmat “Auw…. Auw….auhh….ouhhh…” Lalu gerakannya semakin keras tak terkendali…, kedua tangannya mencengkram erat kedua tanganku yang sedang meremas-remas gemas buahdadanya…,, dan badannya melenting sambil menghentak-hentakkan pantatnya dengan keras hingga penisku masuk sedalam-dalamnya…. Dan akhirnya tubuhnya kaku disertai dengan jeritan yang cukup keras “Aaaaakkhhhsssss………….” Dan tubuhnya ambruk menindihku……. Namun dinding vaginanya berdenyut-denyut serta meremas-remas batang penisku…. Membuatku semakin melayang nikmat…. Ya…. Fatma baru saja memperoleh orgasme yang pertama di babak kedua ini…. Dengan tubuh yang lemas dan napas yang tersengal-sengal bagaikan orang sudah melakukan lari marathon bibirnya menciumi lembut pipiku dan berkata sambil mendesah…”Bapak…. Benar-benar hebat….” Lalu mengecup bibirku dan kembali kepalanya terkulai di samping kepalaku sehingga dadaku merasakan empuknya dihimpit oleh buahdadanya yang montok. Penis tegangku masih menancap dengan kokoh di dalam liang vaginanya, dan semakin lama denyutan dinding vaginanyapun semakin melemah… Kugulingkan tubuhnya hingga tubuhku menindih tubuhnya dengan tanpa melepaskan batang penisku dari jepitan vaginanya. Tangan kananku meremas-meremas buah dadanya diselingin memilin-milin putting susu sebelas kiri, sementara bibirku menjilati dan menghisap-hisap putting susu sebelah kanan, sambil pantatku bergerak perlahan mengocok-ngocok vaginanya. Perlahan namun pasti…, Fatma mulai menggeliat perlahan-lahan…, rangsangan kenikmatan yang kulakukan kembali membangkitkan gairahnya yang baru saja terpuaskan… “Emmhhh…… euhhhh……… auh……..” dengan kembali dia mengerang nikmat… Pinggulnya bergoyang mengimbangi goyanganku….

Kedua tangannya merengkuh punggungku…. “Auw…. Auw…… ahhh….auhhh…” kembali dia mengaduh dengan suara yang khas, menandakan kenikmatan telah merasuki dirinya… Goyang pinggulnya semakin lincah disertai dengan jeritan-jeritannya yang khas. Dalam posisi di bawah Fatma menampilkan gerakan-gerakan yang penuh sensasi… Berputar…., menghentak-hentak …, maju mundur bahkan gerakan patah-patah seperti yang diperagakan oleh penyanyi dangdut terkenal. Kembali aku terpana oleh gerakan-gerakannya…. Yang semua itu tentu saja memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku….. Sambil mengerang dan mengaduh nikmat…, tangannya menarik kepalaku hingga bibirnya bisa menciumi dan menghisap leherku dengan penuh nafsu. Gerakan pinggul Fatma sudah berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang keras tak terkendali, kedua kakinya terangkat dan membelit dan menekan pantatku hingga pantatku tidak bisa bergerak, Kedua tangannya menarik-narik pundakku dengan keras dengan mata terpejam dan gigi yang bergemeretuk. Dan akhirnya tubuhnya kaku sambil menjerit seperti yang yang disembelih…”AAkkkkkhhhh…….” Kembali Fatma mengalami orgasme untuk ke sekian kalinya…. Aku hanya terdiam tak bisa bergerak tapi merasakan nimat yang luar biasa, karena walaupun terdiam kaku, namun dinding vagina Fatma berkontraksi sangat keras sehingga memijit dan memeras nikmat batang penisku yang semakin membengkak Tak lama kemudian tubuhnya melemas…., kedua kakinya sudah terjulur lemah Kuperhatikan napasnya tersengal-sengal…, Fatma menatap wajahku yang berada diatas tubuhnya., Lalu dia tersenyum seolah-olah ingin mengucapkan terima kasih atas puncak kenikmatan yang baru dia peroleh….

Kukecup bibirnya dengan lembut… Tubuhku kutahan dengan kedua tangan dan kakiku agar tidak membebani tubuhnya, Sambil bibirku terus menciumi bibir, pipi, leher , dada, hingga putting susunya untuk merangsangnya agar gairahnya segera bangkit kembali… Kuubah posisi tubuhku hingga aku terduduk dengan posisi kedua kaki terlipat dibawah kedua paha Fatma yang terangkat mengapit pinggangku. Buahdadanya yang indah dan basah oleh keringat begitu menggodaku. Dan kedua tanganku terjulur untuk meremas-remas buah dada yang montok dan indah “Euhh…. Euhhh…. “ Kembali tubuhnya menggeliat merasakan gairah yang kembali menghampirinya. Sambil kedua tanganku mempermainkan buahdadanya yang montok…, pantatku kembali berayun agar penisku kembali mengaduk-ngaduk liang vagina Fatma yang tak henti-hentinya memberikan sensasi nikmat yang sukar tuk dikatakan…. Hentakan pantatku semakin lama semakin keras membuat buah dadanya terguncang-guncang indah. Erangan nikmat yang khas kembali dia perdengarkan…. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri seperti dibanting oleh rasa nikmat yang kembali menyergapnya… Uaachh...

Pinggul Fatma mulai membalas setiap hentakan pantatku….., bahkan semakin lama semakin lincah disertai dengan lenguhan dan jeritan nikmat yang khas…. Kedua tanganku memegangi kedua lututnya hingga pahanya semakin terbuka lebar membuat gerakan pinggulku semakin bebas dalam mengaduk dan mengocok vaginanya. “Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh” erangan nikmat semakin meningkatkan gairahku…. Dan penisku semakin bengkak…. Dan ternyata dengan posisi seperti membuat jepitan vagina semakin kuat dan membuatku semakin nikmat. Dan tanpa dapat kukendalikan gerakanku semakin liar tak terkendali seiring dengan rasa nikmat yang semakin menguasai diriku… Fatmapun mengalami hal yang sama…, penisku yang semakin membengkak dengan gerakan-gerakan liar yang tak terkendali membuat orgasme kembali dengan cepat menghampirinya dan dia pun kembali menjerit-jerit nikmat menjemput orgasme yang segera tiba… “Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh” Akupun merasa bahwa orgasme akan menghampiriku…., tanpa dapat kukendalikan gerakan sudah berubah menjadi hentakan-hentakan yang keras dan kaku. Hingga akhirnya orgasme itu datang secara bersamaan dan kamipun menjerit secara bersamaan bagaikan orang yang tercekik. “AAkkkkkkhhssss…………..” Pinggul kami saling menekan dengan keras dan kaku sehingga seluruh batang penisku amblas sedalam-dalamnya dan beberapa saat kemudian. Creetttt….creeettttt…. cretttt….. sperma kental terpancar dari penisku menyirami liang vagina Fatma yang juga berdenyut dan meremas dengan hebatnya… Tubuhkupun ambruk… ke pinggir tubuh Fatma yang terkulai lemah…., namun pantatku masih diatas selangkangan Fatma sehingga Penisku masih menancap di dalam liang vaginanya. Kami benar-benar kelelahan sehingga akupun tertidur dalam posisi seperti itu…. Malam itu benar-benar kumanfaatkan untuk menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya.. Entah berapa kali malam itu kami bersetubuh……., yang kutahu adalah kami selalu mengulangi berkali-kali…. Hingga hampir subuh…. Dan tertidur dengan pulasnya karena semua tenaga telah terkuras habis … Pagi-paginya sekitar jam 6 pagi aku mendengar Fatma menjerit..”Apa yang telah terjadi..? Kenapa bisa terjadi begini..?” lalu dia menangis tersedu-sedu sambil tiada henti mengucap istigfar…. Sambil tak mengerti mengapa kejadian semalam bisa terjadi. Tak lama kemudian dia berkata padaku sambil menangis “Sebaiknya bapak secepatnya meninggalkan tempat ini…!” katanya marah . Akupun keluar kamar memunguti pakaianku yang tercecer diluar kamar dan mengenakannya serta keluar dari kamarnya sambil membawa laptop dan kembali ke kamarku. Sedangkan Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi.

Sejak saat itu selama sisa masa workshop, Fatma benar-benar marah besar padaku, dia memandangku dengan tatapan marah dan benci. Aku jadi salah tingkah padanya dan tak berani mendekatinya. Dan sampai hari terakhir workshop Fatma benar-benar tidak mau didekati olehku. Setelah aku keluar dari kamar hotelnya, Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi. Dia tak habis mengerti mengapa gairahnya begitu tinggi malam tadi dan tak mampu dia kendalikan sehingga dengan mudahnya berselingkuh denganku. Ingat akan kejadian semalam, kembali dia menangis menyesali atas dosa besar yang dilakukannya. Dia merasa sangat bersalah karena telah menghianati suaminya, apalagi pada saat dia mengingat kembali betapa dia sangat menikmati dan puas yang tak terhingga pada saat bersetubuh denganku…. Ya… dalam hatinya yang paling dalam, secara jujur Dia mengakui, bahwa malam tadi adalah pengalaman yang baru pertama kali dialami seumur hidupnya, dapat merasakan kenikmatan orgasme yang berulang-ulang dalam satu malam, Dia sampai tidak ingat, entah berapa puluh kali dia mencapai puncak orgasme, akibatnya dia merasakan tulangnya bagaikan dilolosi sehingga terasa sangat lemah dan lunglai, habis semua tenaga terkuras oleh pertarungan semalam yang begitu sensasional.

Dan hal itu belum pernah dia alami selama berumah tangga dengan suaminya. Suaminya paling top hanya mampu mengantarnya menjemput satu kali orgasme bersamaan dengan suaminya, setelah itu tertidur sampai subuh dan itupun jarang sekali terjadi. Yang paling sering adalah dia belum sempat menjemput puncak kenikmatan, suaminya sudah ejakulasi terlebih dahulu, meninggalkan dia yang masih gelisah karena belum mencapai puncak. Dan peristiwa tadi malam, benar-benar istimewa karena dia mampu mencapai kenikmatan puncak yang melelahkan hingga berkali-kali. Ingat akan hal itu kembali dia menyesali diri…, kenapa dia mendapatkan kenikmatan bersetubuh yang luar biasa harus dari orang lain dan bukan dari suaminya sendiri…. Kembali dia menangis…… Dia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan bertobat atas dosa besar yang dilakukannya. Dan dia akan menjauhi diriku agar tidak tergoda untuk yang kedua kalinya. Itulah sebabnya selama sisa waktu workshop, dia selalu menjauh dariku. Hari terakhir workshop, Fatma begitu gembira karena akan meninggalkan tempat yang memberinya kenangan “buruk” ini dan Dia begitu merindukan suaminya sebagai pelampiasan atas kesalahan yang sangat disesalinya. Sehingga begitu tiba di rumah, dia memeluk suaminya penuh kerinduan. Tentu saja suaminya sangat bahagia melihat istrinya datang setelah seminggu berpisah. Dan malamnya setelah anak-anak tidur mereka melakukan hubungan suami istri. Fatma begitu bergairah tidak seperti biasanya, dia demikian aktif mencumbu suaminya. Hal ini membuat suaminya aneh sekaligus bahagia, aneh… karena selama ini suaminyalah yang meminta dan merangsangnya sedangkan Fatma lebih banyak mengambil posisi sebagai wanita yang menerima, tapi kali ini sungguh beda… Fatma begitu aktif dan bergairah. Tentu saja perubahan ini membuat suaminya sangat bahagia, suaminya berfikir… baru seminggu tidak bertemu saja istrinya sudah demikian merindukannya sehingga melayani suaminya dengan sangat bergairah.

Dan akhirnya suaminyapun tertidur bahagia Namun, lain yang dialami suami, lain pula yang dialami oleh Fatma, malam itu Fatma begitu kecewa, Dia begitu bergairah dan berharap untuk meraih puncak bersama suaminya, namun belum sempat dia mencapai puncak, suaminya telah sampai duluan. Suaminya mengecup bibirnya penuh rasa sayang, sebelum akhirnya tertidur pulas penuh kebahagiaan, meninggalkan dirinya yang masih menggantung belum mencapai puncak. Fatmapun melamun…… Terbayang olehnya peristiwa di hotel, bagaimana dia bisa mencapai puncak yang luar biasa secara berulang-ulang. “Uhhh……” tanpa sadar dia mengeluh Di bawah alam sadarnya dia berharap kapan dia dapat kembali merasakan kepuasan yang demikian sensasional itu..? Namun buru-buru dia beristigfhar setelah sadar bahwa peristiwa itu adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Namun….., kekecewaan demi kekecewaan terus dialami Fatma setiap kali dia melakukan hubngan suami istri dengan suaminya. Dan selalu saja dia membandingkan apa yang dialaminya dengan suaminya; dengan apa yang dialaminya waktu di hotel denganku. Hal itu membuatnya tanpa sadar sering menghayalkan bersetubuh denganku pada saat dia sedang bersetubuh dengan suaminya, dan hal itu cukup membantunya dalam mencapai kepuasan orgasme. Dan tentu saja kondisi seperti itu membuatnya tersiksa, tersiksa karena telah berkhianat terhadap suaminya dengan membayangkan pria lain pada saat sedang bermesraan dengan suaminya. Semakin betambah hari, godaan mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dariku semakin besar karena dia tidak bisa mendapatkannya dari suaminya.

Dan akhirnya dia menjadi sering merindukanku. Tentu saja hal ini merupakan siksaan baru baginya. Itulah sebabnya, satu bulan setelah peristiwa di hotel, Fatma tidak terlihat membenciku. Bahkan secara sembunyi-sembunyi dia sering memperhatikan dan menatapku dengan tatapan penuh kerinduan. Dia tidak marah lagi bila didekati olehku, bahkan dia tersenyum penuh arti bila bertatapan denganku. Hal ini tentu saja membuatku bahagia Namun perubahan itu, tidak membuat tingkah lakunya berubah. Tetap saja Fatma menampilkan sosok wanita berjilbab yang anggun dan sholehah. Hingga pada waktu istirahat siang, dimana rekan-rekan sekantor sedang keluar makan siang, Aku mendekati Fatma yang kebetulan saat itu belum keluar ruangan untuk beristirahat dan dengan hati-hati aku berkata padanya “Bu…, maaf saya atas kejadian waktu itu…!” Aku berharap-harap cemas menunggu reaksinya…, namun akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang sangat melegakan, “Sudahlah Pak, itu semua karena kecelakaan…, saya juga minta maaf…, karena tadinya menganggap, itu semua adalah kesalahan bapak…., setelah saya pikir…, sayapun bersalah karena membiarkan itu terjadi…”. Dan selanjutnya sambil tersenyum manis, dia mohon ijin padaku untuk istirahat makan siang.

Dan meninggalkan diriku di ruangan itu. Sejak saat itu terjadi perubahan drastis atas sikapnya terhadapku, dia menjadi sering tersenyum manis padaku…, bisa diajak ngobrol olehku, bahkan kadang-kadang membalas kata-kata canda yang aku lontarkan padanya.. Tentu saja perubahan ini, menimbulkan pikiran lain pada diriku…, Ya… pikiran untuk bisa kembali menikmati tubuhnya…., tapi bagaimana caranya…? Namun kesempatan itu akhirnya datang juga, saat itu dia membuat laporan tahunan yang harus diselesaikan bersama atasan kami, sehingga dia harus kerja lembur di kantor sampai malam hari menemani atasan kami yang kebetulan seorang wanita. Fatma bekerja di sebuah ruangan bersama 4 orang rekan kerjanya lainnya di depan ruangan atasan kami, sedangkan aku berbeda ruangan dengannya. Saat itu semua rekan kerja kami sudah pulang dan kebetulan Atasan kami ada urusan lain sehingga saat itu meninggalkan Fatma sendirian di ruangan itu. Aku memasuki ruangan kerja Fatma dan kulihat dia sedang asyik mengerjakan laporan di depan komputer. “Ohh…Bapak…, ada apa Pak?” tanyanya setelah tahu yang masuk adalah aku “Kok belum pulang..? Ibu mana ? “ Tanyaku berbasa-basi menanyakan atasan kami. “Iyah…. Nich… pekerjaan masih banyak…., ada apa nanya Ibu ?” dia balik bertanya “Ngga ada apa-apa…, biasanya kan Fatma menemani Ibu…, kok Ibunya ngga kelihatan..?” jawabku sambi bertanya kembali padanya. “Beliau ada perlu dulu…., mungkin langsung pulang ke rumahnya” jawabnya lagi. “Masih banyak pekerjaannya ? ada yang bisa dibantu ?” tanyaku menawarkan jasa “banyak Pak, karena harus selesai dua hari lagi. Oh ya Pak…, tolong dong copykan file-file dokumen….. hasil …. Workshop saat itu dong Pak !” katanya agak sedikit bergetar pada saat mengatakan kata ‘hasil …workshop’ dan sekilas kulihat wajahnya langsung berubah merah sambil menundukkan kepala… “Bbb…baa..ik… baik” kataku tak kalah gugupnya. Aku langsung mengeluarkan laptopku dan menyalakannya, sementara kulihat Fatma kembali melanjutkan pekerjaannya.

Setelah laptopku ‘nyala’, aku langsung membuka foder hasil workshop dan menyisipkan flasdisk ke laptop dan mulai mencopy. Ingatanku terbayang pada file rekaman video persetubuhanku dengannya pada saat workshop dulu, dan file itu kucopykan juga. Setelah selesai, kucabut flashdisk dan kuserahkan padanya sementara aku berada di belakangnya yang sedang mengahadap komputer sehingga pandangan kami sama-sama memperhatikan layar monitor. Dia menerima flashdisk itu dan menyisipkan ke PC di meja kerjanya. “Dimana disimpannya, Pak ?” tanyanya “Di folder Hasil Work shop” jawabku Kemudian dia membuka folder Hasil Workshop dan terlihat olehnya file video 3gp dengan nama video1.3gp. “Ini file video pada saat kegiatan apa , Pak?” tanyanya sambil menunjuk file rekaman tersebut… “Buka aja ?” jawabku sambil dada bergemuruh menanti reaksi dari Fatma jika melihat hasil rekaman tersebut. Begitu file tersebut terbuka….. “Aihhh……!” jeritnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya… Terlihat di layar monitor saat aku sedang mencumbunya dan dia begitu menikmati penuh gairah menyambut cumbuanku…. Fatma diam terpaku dengan mulut ternganga menyaksikan rekaman dirinya yang sedang dirangsang olehku. Tangannya selolah kaku tidak bisa bergerak membiarkan media player terus menampilkan percumbuanku dan dirinya diselingi oleh erangan penuh ransangan yang keluar dari mulutnya.

Terlihat olehnya bagaimana dirinya dalam rekaman itu begitu menikmati rangsangan yang kuberikan diiringi lenguhan rangsangan penuh gairah dari bibirnya “Bapak…jahat…., mengapa bapak lakukan itu…?” suaranya bergetar…, namun matanya seolah tidak bisa dialihkan dari layar monitor. Aku diam tak menjawab… “Me..mengapa…, pak ?” tanyanya lagi dengan suara yang bergetar diselingi oleh deru nafas yang semakin bergemuruh… “Buat kenangan…pribadi…, Fat ! Untuk mengingatkanku bahwa Fatma begitu istimewa…dimata saya..Percayalah, Fat. File ini rahasia…, hanya kita yang tahu dan tidak sedikitku terbersit dalam pikiran saya untuk menyebarkannya…..

Saya juga malu kalau tersebar. Kan ada gambar saya di sana juga…” Jelasku menenangkannya. Dalam gambar, tampak bahwa dia begitu menikmati dan bergairahnya membalas pagutan bibirku dan bagaimana ekspresi wajahnya yang menahan nikmatnya rangsangan gairah yang sedang melandanya saat itu. Rekaman itu membawa Fatma akan kenangan betapa saat itulah dia merasakan kenikmatan puncak orgasme yang berulang yang tidak pernah dia dapatkan selama ini. Serrrrrr…., perlahan namun pasti gairah Fatma mulai bangkit, dan gairah yang selama ini terpendam dan tak tersalurkan mulai meronta-ronta dengan hebatnya. Bulu-bulu halus di seluruh tubuhnya merinding…, tangannya semakin kaku menahan gelora yang mulai menghasutnya. Sementara itu bagian vaginanya mulai basah dan berdenyut-denyut membayangkan kenikmatan yang luar biasa yang ia rasakan saat itu.. “Uhh…” tanpa sadar keluhan penuh rangsangan keluar dari bibirnya yang tipis dan duduknya mulai gelisah merasakan vagina yang semakin basah dan berdenyut. Sebenarnya saat itupun aku sudah terangsang, gairahku mulai bergelora, penisku sudah tegang dengan kerasnya mendesak celana kerjaku.

Kedua tanganku secara perlahan-lahan memegamg kedua pundaknya dari belakang. Tubuhnya semakin merinding begitu tersentuh olehku, sementara matanya tidak lepas dari layar monitor dan nafasnya semakin tersengal dipacu oleh nafsu yang semakin menggebu. Kedua tangannya terangkat memegang kedua tanganku yang sedang memegang pundaknya, lalu berkata dengan bergetar….”Sebaiknya kita jangan mengulangi lagi….” Katanya lirih…. Namun nampaknya kata-kata itu seolah meluncur tanpa makna, karena ternyata kedua tangannya meremas kedua tanganku. Dan itu merupakan isyarat bagiku untuk bertindak lebih jauh. Perlahan-lahan kutundukkan kepalaku dan bibirku mulai mengecup pundaknya yang terhalang oleh jilbabnya yang lebar… “Euhh….” Fatma mengeluh. Tangannya semakin meremas jari-jariku yang berada di pundaknya dan kepalanya terdongak. Aku terus mengecup pundaknya, sementara perlahan-lahan kedua tanganku bergerak ke arah buahdadanya yang terhalang oleh baju panjang yang dikenakannya. Tidak ada penolakan dari dirinya sehingga aku meremas-remas buahdadanya yang montok dan kenyal. “Euhhh….. euhhh….” Fatma semakin mengerang….

Sementara matanya menatap layar monitor yang menampilkan adegan dimana dia menggeliat nikmat saat vaginanya diusap-usap oleh jari-jariku. Aku bergerak kesamping sambil kuputarkan kursi kerja yang sedang diduduki oleh Fatma sehingga aku berdiri dihadapannya, lalu aku duduk dilantai sehingga kepalaku menghadap selangkangannya, kusingkapkan rok panjang yang dikenakannya ke atas sampai sebatas pinggangnya hingga dihadapanku terpampang pahanya yang putih dan mulus dan CD putih yang menutupi vaginanya yang indah. Aku mulai menciumi pahanya yang kiri dan kanan dengan penuh gairah. “Uhhhh… euhhhh…” Fatma semakin menggeliat nikmat dan penuh rangsangan. Lalu kedua tanganku berusaha menarik CD yang dikenakannya. Fatma mengangkat pantatnya sehingga CD itu dengan mudah dapat kulepaskan. Lalu dengan rakus aku menjilati lipatan vagina yang dihiasi oleh jembutnya yang halus..

“Auw…..auh….ouh….” Fatma mulai mengaduh nikmat dan mengerang… Pinggulnya bergelinjang. Aku semakin bersemangat menjilati vagina Fatma yang semakin basah. Tangaku membuka lipatan bibir vaginanya dan Lidahku menjilati lorong basah itu dari bawah hingga ke atas dan berhenti dan menghisap clitorisnya yang menonjol keras.. “Aaaauuhhhh…. aaawwwwhh…….auwwww…” Dia menjerit dan tubuhnya bergetar pada saat lidahku menjilati dan menghisap clitorisnya. Tubuhnya menggeliat, melenting ke belakang hingga punggungnya menekan sandaran kursi dengan kuat, pantatnya terangkat menyambut jilatanku yang semakin bersemangat. Kedua tangannya mencengkram erat pegangan kursi dengan kuat hingga urat-urat tangannya menonjol keluar “Auw… auw….. ouhhhh… .euhhhh……” erangannya semakin merangsangku. Gerakan menjilati celah vaginanya hingga clitorisnya kulakukan berulang menyebabkan Dia terus menerus mengaduh dan mengerang nikmat dan tubuh yang bergetar dan bergelinjang tiada henti. Hingga akhirnya kedua kakinya terangkat melewati punggungku dan memiting leherku dengan kedua pahanya dan kedua tangannya mencengkram bagian kepalaku dan menekan kepalaku agar semakin menekan vaginanya dengan kuat dan kaku dan akhirnya… “Aaaakkkkkssss……….aaauuuhhhhhhhhhhhhh” tubuhnya terlonjak-lonjak kaku sementara vaginanya terasa berdenyut-denyut oleh lidahku dan beberapa saat kemudian tubuhnya terhempas dengan napas yang terengah-engah dan tatapan mata yang menunjukkan rasa puas dan nikmat yang luar biasa. Aku berdiri membuka gesper yang kugunakan dan membuka kancing celana yang kukenakan serta menari sleting hingga kebawah, lalu tanganku mengeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dari pinggir CD yang kukenakan. Penisku mengacung tegak dan keras begitu terbebas dari kurungannya. Mata Fatma masih setengah terpejam merasakan kenikmatan orgasme yang masih menderanya, kemudian mata itu terbuka perlahan dan memandang wajahku seolah ingin mengucapkan terima kasih karena telah memberikan kenikmatan orgasme padanya, tetapi tatapan mata itu kemudian jatuh pada penisku yang sedang mengacung tegak dan tegang, gairahnya kembali bangkit dengan cepat dan dengan penuh nafsu dia menatap penisku yang mengacung tegak.

Dengan gemetar tangan kanannya meraih batang penisku yang mengacung tegak, secara perlahan dia membelainya dengan penuh nafsu. Pantatku terangkat merasakan rasa nikmat yang menjalar dari batang penisku yang diremas olehnya. Melihat aku merasakan nikmat akibat perlakuannya, dia semakin bersemangat dan bernafsu meremas dan mengocok batang penisku. Kepalaku terdongak ke belakang merasakan kenikmatan yang tak terperi. Tanganku mencengkram erat pundaknya menahan keseimbangan tubuhku. Melihat tubuhku melenting kaku menahan rasa nikmat akibat kocokan yang dilakukannya, membuat Fatma semakin terangsang, merasakan nikmat dan puas tersendiri mampu menyiksaku dengan rasa nikmat “Uhh…ouhhh…” tanpa sadar mulutku mengeluh lirih… Ada dorongan besar dalam dirinya untuk lebih menyiksa diriku dengan mempermainkan batang penisku yang semakin menggemaskan bagi dirinya. Sementara itu tubuhku semakin sering melenting kebelakang menahan rasa nikmat yang terus menghantamku. Pada saat kepalaku terdongak untuk kesekian kalinya dihempas oleh rasa nikmat yang terus menghantamku. Tiba-tiba aku menjerit “Auh…..ouhhhh….”, tanpa sadar mulutku menjerit kaget, karena kurasakan kepala penisku dilamuri oleh sesuatu yang basah, hangat dan nikmat luar biasa, membuat pantatku terangkat dan tubuhku kaku, tubuhkupun semakin melayang.. Rupanya Fatma mendapatkan kepuasan dan kenikmatan tersendiri ketika melihat bahwa dirinya mampu membuatku melayang-layang ketika dia meremas dan mengocok batang penisku yang semakin bengkak dan kaku. Di matanya, batang penisku terlihat semakin menggemaskan sehingga tanpa dia sadari kepalanya semakin mendekat dan akhirnya mulutnya mencaplok kepala penisku dan menghisapnya perlahan, membuat tubuhku semakin melenting dan menjerit nikmat.

Melihat tubuhku yang menggeliat-geliat nikmat, rangsangan dan gairahnyapun semakin menggebu dan vaginanya semakin berdenyut, basah dan gatal. Diapun akhirnya mengocok batang penisku dengan mulutnya… Aku merasa semakin tak tahan…, akhirnya pantatku kumundurkan kebelakang sehingga batang penisku lepas dari mulutnya. Fatma menatapku dengan senyum kemenangan. Lalu kuarahkan kedua tanganku untuk menarik kedua tangan Fatma sambil berkata “Fatma.., duduk di meja…!” Dia berdiri dengan kedua tangan memegang pinggir rok panjang yang dikenakan, pantatnya diarahkan ke pinggir meja, lalu duduk dipinggir meja dengan paha yang terkangkang seolah tak sabar ingin menjemput penis tegangku untuk segera memasuki dirinya. Akupun berdiri menghadap dirinya, kuarahkan kepala penisku tepat di liang vaginanya, kedua tangan Fatma memegang pundakku, kedua kakinya terangkat memudahkan diriku untuk memasuki dirinya sementara matanya dengan penuh nafsu menatap nanar batang penisku yang sedang mengarah tepat di depan liang vaginanya yang berdenyut dan gatal penuh harap untuk segera dimasuki. Lalu secara perlahan Blesshhhh…… “Auuwww….auww….. Auuhhhhhh…..” Fatma mengaduh nikmat pada saat batang penisku menerobos lorong vaginanya yang sangat nikmat, matanya terpejam menikmati sensasi nikmat yang dirindukankannya selama ini. Aku mulai mengerakan pantatku maju mundur agar batang penisku mengocok-ngocok liang vaginanya yang semakin basah namun nikmat luar biasa.. Erangan dan lenguhan nikmat yang khas semakin keras diperdengarkan oleh Fatma sebagai ekspresi dari rasa nikmat yang bertubi-tubi menderanya. Pinggul Fatma mulai bergerak dan menggeliat setiap penisku menerobos liang vaginanya. Dan gelinjang tubuh itu semakin keras sambil mengaduh nikmat.

“Auw…auuwww..auuw……auhh….” Untuk mendapatkan kenikmatan lebih.., Fatma menurunkan kedua tangannya dari pundakku dan meletakkannya menekan meja dibelakang punggungnya sehingga pantatnya bisa melonjak-lonjak menyambut sodokan penisku di dalam liang vaginanya . Jeritan mengaduh menahan nikmat semakin keras keluar dari mulutnya “Auw… auw… auw… ouhhhhhh…” Kepalanya bergerak kekiri dan ke kanan seirama dengan sodokan batang penisku dan terkadang terdongak-dongak hingga dadanya naik Beberapa menit kemudian, jeritan nikmat yang keluar dari mulutnya semakin keras dan tubuhnya semakin melonjak-lonjak keras, kedua kakinya yang berada dipinggir pinggangu terangkat dan kedua tumitnya menekan-nekan pantatku dengan keras dan kaku.

Kepalanya semakin terdongak dan kaku dan akhirnya jeritan menjemput puncak orgasme terdengar dari mulutnya “Aaaaaakkkkkkkkssss……..” Tubuhnya terdiam kaku, dan terjadi kontraksi yang sangat hebat di dalam liang vaginanya meremas dan menghisap-hisap batang penisku dengan kuat, sementara pantatku tak bisa bergerat karena terkunci oleh jepitan kaki Fatma. Beberapa saat kemudian “Uhhhhhh……” lenguhan melepaskan napas panjang keluar dari mulutnya dan tubuhnyapun melemas. Kudekap tubuh Fatma agar kepalanya terkulai dipundakku. Kudiamkan bebera saat dalam posisi seperti itu, membiarkan Dia menikmati fase-fase orgasme yang baru saja diterimanya. Setelah beberapa menit kepalanya bergerak dan tangannya memegang leherku, kemudian dia mencium bibirku dengan mesra…. Dan berkata “Pak… sungguh luar biasa….” Akupun menyambut ciuman itu dengan lembut dan tersenyum bangga mendengar ucapannya. Lalu berkata “Nungging.. Yukkk!” “Bagaimana…?” Dia bertanya Aku menurunkan tubuhnya dari atas meja dan mengarahkan tubuhnya agar berdiri membelakangiku, kemudian kedua tangannya kuletakkan agar memegang pinggir meja, pinggulnya kumundurkan dan kakiknya ku kangkangkan agar dia berada pada posisi menungging sambil berdiri. Kusingkapkan rok panjang yang dikenakannya ke atas pinggangnya, lalu kuarahkan kepala penisku tepat pada depan liang vaginanya yang semakin basah, lalu …. Blessshhh….,
Rasa nikmat kembali menjalar disekujur pembuluh darahku ketika batang penisku memasuki liang vaginanya yang berdenyut dan basah serta licin. “Auw…auw….auhhhhh….” Fatmapun kembali mengaduh nikmat…. Aku mulai mengocok batang penisku dengan memaju mundurkan pantatku sehingga selangkanganku bertepukan dengan pantatnya yang bulat dan montok “Uh…uh….uh…” Napasku semakin berderu sambil pantatku memompa pantat Fatma.. Rasa nikmat semakin menjalar disekujur tubuhku…. Akupun semakin lama semakin keras dan cepat menggerakan pantatku. Lenguhan nikmatku bersahutan dengan erangan nikmat dari mulut Fatma, bagaikan orkestra ekspresi nikmat sedang kami kumandangkan. Pantat Fatma turut bergerak maju mundur menyambut sodokan batang penisku sehingga batang penis menancap semakin dalam, sehingga rasa nikmatpun semakin bertambah. Goyangan kami makin lama semakin cepat dan aku merasa orgasme akan menerjang diriku sehingga gerakan tubuhku semakin tak terkendali dengan cepat dan kaku… Dan Fatmapun tahu bahwa aku segera mencapai puncak karena merasakan batang semakin keras membengkak di dalam vaginanya, hal ini membuat kenikmatan yang diterimanya semakin cepat mengantarnya menjemput orgasme untuk ke sekian kalinya. Diapun semakin cepat memaju mundurkan pantatnya. Hingga akhirnya pantatku menekan keras dan kaku pantat Fatma membuat batang penisku amblas sedalam-dalamnya… Dan Fatmapun demikian, Dia pun menyambut sodokan terakhirku dengan menekan pantatnya dengan kuat pada selangkanganku Badai puncak orgasmepun pada saat yang bersamaan menghantam Aku dan Fatma sehingga akhirnya dengan mata melotot dan tubuh yang melenting kaku sambil kedua tangan mencengkram kuat bongkahan pantat Fatma yang bulat sambil menjerit nikmat “Aaaakkkkkksssshhh………………” Dan dijawab dengan jeritan nikmat Fatma “Aaaakkkkkksss……… “ Beberapa saat tubuh kami kaku dan akhirnya tubuhku berkelojotan sambil… Crettt..crettt.. creeeettttt…. Spermaku terpancar dengan deras membasahi seluruh lorong nikmat di dalam vaginanya, disambut dengan kontraksi yang sangat kuat seolah memeras-meras batang penisku agar mengeluarkan semua sperma yang sedang terpancar… Beberapa saat kemudian, aku merasa tubuhku lunglai, lututku goyah menahan beban tubuhku dan hampir saja tubuhku terjatuh. Aku berusaha menjaga keseimbangan tubuhku dari sekuat tenaga agar tidak jatuh.

Sedangkan Fatma langsung terduduk di pinggir meja, rupanya lututnya langsung goyah tak mampu menopang beban tubuhnya, hingga penisku tercabut dari liang vaginanya. Sesaat kemudian kami terdiam, hanya napas kami yang tersengal-sengal seolah habis berlari jauh. Tak lama kemudian aku berusaha membangunkan Fatma dan menariknya agar berdiri. Fatma berdiri dengan bantuanku dan langsung berdiri berhadapaan, baju yang kami kenakan basah oleh keringat. Aku memeluknya dan membelai kepalanya, sejenak kamipun berciuman dengan lembut dan mesra. “Uhhh…Pak, kenapa jadi begini….?” Tanyanya dengan pertanyaan yang tak perlu kujawab, lalu dia memunguti Cdnya yang tergeletak di lantai, mengenakannya dan akhirnya menghampiri kursi, kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kusi tersebut. Aku menarik sleting dan mengancingkan celana panjangku dan berusaha duduk di kursi lain yang ada di sana. Beberapa saat kami hanya duduk terdiam sambil mengatur napas yang perlahan-lahan mulai normal kembali Tiba-tiba dia berkata “Sebaiknya bapak segera pulang, sebab sebentar lagi suami saya akan datang menjemput…., saya tidak ingin suami saya curiga dengan apa yang kita lakukan barusan…” Akupun berdiri, mengambil tas laptopku, sebelum aku meninggalkan ruangan itu aku berusaha menciumnya, namun dia menepis mukaku dan menghindar. Akhirnya akupun pergi meninggalkannya sendiri di ruangan itu. Sepeninggalanku, Fatma tampak termenung melamunkan apa yang baru saja terjadi. Hari ini kembali dia berbuat dosa…., kembali dia menghianati suaminya, dan yang paling membuatnya tersiksa adalah kembali dia merasakan puasnya kenikmatan sex yang tak pernah didapatkan dari suaminya. Dan peristiwa barusan, semakin memperbesar ketergantungannya akan pemenuhan kebutuhan sex terhadap diriku. “Uhhh…..” tanpa sadar dia menghela napas panjang sebagai ekspresi dari melepaskan beban berat yang sedang menghimpitnya. Tiba-tiba badannya tersentak kaget, ketika ingat bahwa di layar monitor masih terlihat aplikasi media player yang sudah selesai menampilkan adegan persetubuhannya denganku. Dengan tergesa-gesa dia keluar dari aplikasi tersebut dan menghapus file video tersebut. Tak lama kemudian suaminya datang menjemputnya. Untuk menutupi rasa bersalahnya, Fatma menyambut suaminya dengan memberikan kecupan mesra dan tak lama kemudian merekapun pulang. Sepanjang perjalanan pulang dengan menggunakan sepeda motor, Fatma memeluk erat tubuh suaminya dari belakang dan meletakan kepalanya dipunggung suaminya. Tapi ingatannya melayang pada saat-saat dimana tubuhnya terguncang-guncang diombang-ambingkan oleh rasa nikmat yang diberikan olehku.

Sepanjang perjalanan pulang, suaminya merasa nyaman dan bahagia, karena istri tercinta memeluk erat tubuhnya dari belakang dan diapun merasakan bahwa kepala istrinya disandarkan dipunggungnya. Kondisi begitu membuat gairahnya naik dan dia ingin segera sampai di rumah untuk melakukan hubungan suami istri dengan istrinya. Namun pada saat keinginannya tersebut dia sampaikan ke Fatma, Fatma menolaknya dengan halus dengan mengatakan bahwa dirinya sangat lelah sehingga takut tidak bisa memuaskan suaminya dan dia berjanji bahwa besok dia akan melayani dan memuaskan suaminya. Suaminyapun mengerti akan alasan tersebut dan akhirnya merekapun tidur. Alasan Fatma menolak ajakan suaminya, sebenarnya adalah dia merasa takut kalau penyelewengannya denganku di kantor dapat dirasakan oleh suaminya jika malam itu dia bersetubuh dengan suaminya. Itulah sebabnya dia memberi alasan bahwa tubuhnya lelah dan takut dia bisa melayani suaminya dengan baik, dan dia bersyukur karena suaminya bisa menerima alasanya. Keesokan malamnya, setelah anak-anak mereka tidur, suaminya menagih janji Fatma untuk melakukan hubungan suami istri. Fatmapun menyambutnya dengan senyuman dan kecupan mesra pada suaminya yang membuat gairah suaminya semakin tinggi. Malam itu kembali Fatma begitu agresif terhadap suaminya, dia menciumi bibir suaminya dengan penuh nafsu dan membukakan seluruh pakaian suaminya. Fatma tidak memberi kesempatan pada suaminya untuk mencumbunya. Pada saat tubuh suaminya sudah telanjang bulat dan telentang di kasur dengan batang penis yang mengacung tegak, kembali ingatannya pada saat dia mempermainkan batang penisku dan membuat tubuhku terkejang-kejang sambil mengerang nikmat. Ingatan tersebut membuat gairah Fatma terpacu, maka dengan semangat dia mempermainkan batang penis suaminya yang mengacung tegak. Tentu saja suaminya kaget dan berkata..”Mah…kok Mamah bergairah sekali..? tidak biasanya Mamah seperti ini ?” “kan saya udah janji untuk memberi kepuasan yang lain dari biasanya pada Papah…” jawab Fatma sambil mengocok batang penis suaminya yang semakin tegang dan suaminyapun semakin menggeliat-geliat menahan nikmat yang diberikan olehnya. Semakin suaminya menggeliat dan mengeluh nikmat, Rasa nikmat dan puaspun semakin menjalar ke seluruh penjuru darahnya, gairahnyapun semakin tinggi serta vaginanya semakin basah, berdenyut dan gatal. Hal ini membuat Fatma semakin bergairah mempermainkan batang tegak suaminya, hingga akhirnya Fatmapun mengemut batang penis suaminya yang semakin tegak dan bengkak “Aahhh…..” tubuh suaminya bergetar, ketika dia merasakan batang penisnya merasakan panas dan basahnya mulut istrinya. Tubuhnya kejang dan melayang dihantam oleh rasa nikmat yang baru pertama kali dialaminya selama hidupnya, karena seumur perkawinannya belum pernah Fatma melakukan hal ini padanya. Tentu saja dia merasa surprise dan nikmat luar biasa yang membuat tubuhnya melenting-melenting tanpa dapat dia kendalikan. “Mah…Mamah… Ohhh.. Oh…” dengan tersengal-sengal menahan nikmat mulutnya terus meracau…. Mendengar racauan suaminya, Fatma semakin bersemangat mengoral batang penis suaminya, sehingga semakin lama dia merasakan batang suaminya semakin bengkak dan mulutnya terasa semakin penuh oleh batang suaminya dan akhirnya tanpa diduga tubuh suaminya melenting kaku dan menjerit “Aakkkkhhhh…” serta Cret…cret…cret…. Sperma kental terpancar tanpa dapat ditahan menyirami rongga mulut Fatma.

Fatmapun kaget dan tersedak sehingga terbatuk-batuk dan melepaskan batang penis suaminya yang masih memancarkan sisa-sisa sperma. Sementara itu napas suaminya tersengal-sengal merasakan nikmat yang luas biasa yang diberikan oleh istrinya. Sementara itu, Fatma benar-benar kaget dan kecewa, karena suaminya sudah selesai sedangkan dia belum apa-apa, padahal dia merasakan vaginanya demikian basah dan berdenyut-denyut ingin diobok-obok oleh batang suaminya, tapi betapa kecewanya karena harapan itu sirna karena suaminya telah ejakulasi. “Kok…Papah udahan sich…, saya kan belum diapa-apain…?” kata Fatma sambil cemberut. “Abisnya…., Fatma sich…. Hari ini begitu lain…. Baru kali ini Fatma melakukan seperti tadi ke Papah, membuat Papah ngga tahan…tahu dari mana sih cara seperti tadi ?” jawab suaminya sambil menatap istrinya penuh selidik… “tau dari temen… katanya bisa membuat suami melayang-layang nikmat…” jawab Fatma berbohong…” Teruss…. Saya gimana dong, Pah ? kan belum apa-apa…” lanjut Fatma sambil cemberut. “Nanti..ya Mah…, Papah istirahat dulu…” jawab suaminya sambil mengecup mesra bibirnya. Kemudian suaminya tergolek lemah dan tertidur, meninggalkan dirinya yang gelisah menahan gairah yang belum tersalurkan. Sambil menahan gairah yang belum tersalurkan, Ingatan Fatma kembali melayang padaku… Nyata benar bedanya bedanya, kemampuan suaminya dan diriku dalam memberikan kepuasan sex pada dirinya. Dengan diriku, dia mendapatkan kepuasan dalam memberi dan menerima. Dia begitu puas dan nikmat bisa membuatku melayang-layang ketika mengoral batang penisku dan akhirnya diapun mendapatkan puncak orgasme berulang-ulang ketika batangku mengobok-obok liang vaginanya.

Sementara suaminya, baru dioral segitu aja udah kalah, meninggalkan dirinya yang belum diapa-apakan. “Uhhh….” Fatmapun mengeluh penuh kecewa. Kekecewaan yang baru saja dialaminya ini semakin merubah pandangan Fatma pada diriku. Di matanya, Aku bagaikan seorang maestro, yang mampu menjadikannya seorang wanita yang lengkap, seorang wanita yang bisa menikmati puncak orgasme yang begitu didambakannya. Dan aku bukan hanya mampu memberikannya satu kali, namun berkali-kali…. Semakin sering dia merasa kecewa karena ketidakmampuan suaminya memberikan kepuasan padanya, semakin membuatnya rindu padaku. Dan terkadang terpikir olehnya untuk rela menghadapi segala macam resiko untuk bisa meraih kenikmatan dariku. Ya…, dibalik jilbab lebarnya, dibalik prilaku sholehnya dan dibalik tutur sapanya yang lembut, anggun dan sopan. Ternyata tersimpan gairah liar yang meronta-ronta yang tak dapat dipenuhi dari suaminya dan ini merupakan siksaan yang berat baginya. Membuatnya murung dalam kesehariannya. Kecewaan yang berulang-ulang yang dialaminya membuat gairahnya secara perlahan-lahan berkurang dan hilang jika bersetubuh dengan suaminya. Akhirnya Fatma harus bersandiwara seolah-olah dia merasa puas dan nikmat ketika bersetubuh dengan suaminya karena dia tidak ingin melihat suaminya kecewa. Tetapi di dalam kesendiriannya, ketika suaminya tidak ada di rumah atau sudah tidur gairahnya perlahan-lahan merayap naik dan menggodanya untuk membayangkan bersetubuh denganku, sambil jemarinya mengusap vagina dan meremas-remas buah dadanya sendiri. Hal itu semakin membuatnya rindu untuk meraih kenikmatan denganku.

Semakin lama, kerinduan itu semakin tak tertahankan dan semakin tak mampu mengendalikan gairahnya untuk bercinta denganku. Pada suatu sore ketika aku baru pulang ke rumah kontrakanku dan selesai mandi, aku mendengar pintu depanku ada yang mengetuk, dan aku terbelalak kaget dan gembira ketika kubuka pintu ternyata Fatma yang anggun dan cantik telah berdiri di hadapanku. Aku hanya melongo sehingga lupa apa yang kulakukan. Segera aku sadar…”Ohh..Fatma…, silakan masuk..!” kataku terbata-bata. Fatma segera masuk ke dalam rumah, aku menutup pintu dan “Silahkan duduk Fatma…!” kataku sambil mempersilahkannya duduk. Fatma duduk di kursi panjang yang berada di sudut ruangan dengan gelisah.. Akupun duduk di kursi panjang tersebut dengan jarak yang agak jauh. “Aku… kangen banget ke bapak..!” katanya tiba-tiba membuatku kaget sekaligus bahagia, lalu dia menghampiri tubuhku dan tanpa kuduga, Fatma langsung mencium bibirku dengan gairah yang menyala-nyala, napasnya begitu terengah-engah didorong oleh nafsu birahi yang menyala-nyala tidak dapat dia kendalikan. Akupun menyambut ciuman membara itu dengan tak kalah nafsunya. Selama beberapa menit napas kami saling memacu didorong oleh gairah yang demikian cepat menguasai kami berdua. Sambil menciumi bibirnya, tanganku mulai meremas-remas buahdadanya yang montok dari luar baju longgar yang dikenakannya.

Namun nampaknya Fatma ingin mengeluarkan semua gairahnya yang selama ini terpendam. Bibirnya menciumi dan menjilati pipi dan leherku, sementara tangannya dengan lincah membuka gesperku dan sleting celana panjang yang kukenakan dan tanganya langsung mencari-cari batang penisku yang tegang. Begitu tangannya meraih batang penisku yang semakin tegang, tangannya langsung meremas dan mengocok batang penisku dengan gemas dan penus nafsu, sementara bibirnya masih terus menjilati dan menghisap leherku. “Uhhh….” Kenikmatan ini betul-betul luar biasa dan tak terduga, membuatku melayang nikmat. Tiba-tiba tubuhnya melorot kebawah kursi hingga kepalanya tepat berhadapan dengan batang penisku yang mengacung tegak dan keras dan dengan gairah yang menyala-nyala mulutnya mencaplok batang penisku dan mengoral penisku dengan lincahnya. “Ouh…ouhhh…ouhh…..” akupun mengerang nikmat dengan napas terengah-engah dan Fatmapun tanpa mengenal lelah terus mengoralku. Dan nampaknya dia begitu sangat menikmati karena bisa membuatku mengeliat-geliat menahan nikmat diatas kursi. Semakin dia melihat diriku menggeliat-geliat menahan nikmat atas apa yang dilakukannya, rangsangan yang dirasakan Fatmapun semakin tinggi dan gairahnyapun semakin bergelora, akhirnya Fatmapun tak tahan lagi menahan gairahnya, karena merasa vaginanya semakin basah, berdenyut dan gatal, ingin segera diobok-obok oleh batang penisku yang tegang dan bengkak. Dia berdiri dan mau membuka celana dalamnya. Namun kutahan sambil berbisik “ kita ke kamar !” dia menatapku dgn gairah yang menyala-nyala, lalu kutuntun dia ke arah kamarku.

Ketika di dalam kamar, aku mencoba membuka baju longgar yang ia kenakan, namun dengan tergesa-gesa dia membuka baju longgar yang ia kenakan seolah-olah tidak memerlukan bantuanku. Akupun membuka membuka seluruh pakaianku sehingga kami sama-sama telanjang bulat. Aku langsung memeluknya dengan penuh nafsu, menciumi bibirnya dengan gemas, merayap ke lehernya yang jenjang. Fatmapun membalas cumbuanku dengan tak kalah bergairahnya, sehingga kami kami bercumbu sambil berdiri dengan napas terengah-engah dipacu oleh nafsu yang semakin menggebu. Beberapa saat kemudian, tubuh Fatma kudorong agar naik ke tempat tidur, dia naik ketempat tidur dan aku menyusulnya dengan merangkak. Kuarahkan kepalaku ke arah selangkangannya untuk menikmati vaginanya dengan lidahku. Fatma menggeser punggungnya agar kepalanya mendekati batang penisku yang tergantung tegang hingga akhirnya kami membentuk posisi 69. Fatma langsung mengemut batang penisku dengan penuh gairah dari bawah, sementara aku tidak menyia-nyiakan waktu, langsung menjilati belahan vaginanya yang begitu merangsang, “Auw….auw…” erang Fatma ketika lidahku mejilati lipatan vaginanya dan dia balas dengan menghisap dan mengocok batang penisku dengan gairah yang tak kalah panasnya. Rasa nikmat yang menjalar dari batang penisku membuat gerakan lidahku terhenti menahan rasa nikmat yang kurasakan, kemudian kujilati dan kuputar-putar klitorisnya dengan lidahku. “Auh..auw…auw…” Fatma tersentak dan menjerit nikmat sehingga kulumannya terhadap penisku terlepas. Selama beberapa menit kami saling mencumbu kemaluan lawan kami masing-masing, memberi dan menerima nikmat yang luar biasa datang silih berganti. Fatma menghentakkan tubuhnya hingga kami berguling, dan dia mengambil posisi diatas dan mempermainkan penisku dari atas, akupun mempermainkan vaginanya dari bawah.

Berkali-kali kami berguling berubah posisi, hingga pada suatu posisi dimana Fatma diatas, dia sudah melonjak-lonjak dan menekan-nekan selangkangannya dengan keras ke arah wajahku pada saat aku mempermainkan klitorisnya dengan lidahku, sementara itu kakinya sudah mulai kejang-kejang dengan napas yang semakin terengah-engah dan terputus-putus hingga akhirnya “Akkkkkkhhhsss………..” mulutnya menjerit melepas nikmat dan lidahku merasakan dinding vaginanya berkonstraksi sangat keras dan cepat serta terasa semakin banjir membasahi bibir dan hidungku. Kemudian dia berguling lemas dan telentang, dengan napas yang tersengal-sengal seperti kehabisan napas. Aku segera bangkit dan merangkak memposisikan kakiku berada disela-sela kedua tungkainya yang terkangkang lemas, sementara sikuku kuletakan dibawah pantatnya dan kedua tanganku melingkari pangkal pahanya yang masih lemah. Jari-jari kedua tangankuku menyentuh vaginanya dari dua sisi dan posisi wajahku tepat berada di depan vaginanya yang semakin tampak indah dan merangsang. Nafsuku masih mendorong untuk terus mencumbu vaginanya, Jari-jariku berusaha membuka lipatan bibir vaginanya sehingga lorong nikmat vaginanya terlihat merah muda dan basah berlendir , kujilati lagi sepanjang lorong nikmat tersebut, Fatma hanya mengeluh lemah “Uhh……euuhh…..” Aku menjilati lorong itu dari liang vaginanya hingga menuju klitoris, dan terus kulakukan dengan nafsu yang tak pernah berhenti. Mendapat rangsangan yang terus menerus dariku, gairahnya bangkit kembali dan mulai berreaksi “Auw…..auh…..auhh” mulutnya mulai melenguh nikmat, pantatnya mulai bergoyang merespon jilatanku, dan pada saat ujung lidahku menusuk-nusuk dan mengorek-ngorek liang vaginanya yang semakin basah dengan aroma yang menggairahkan dengan rasa yang asin dan gurih. Fatma kembali mengaduh nikmat tak terkendali “Auw…auw…auw,…..”.

 Pantatnya kembali melonjak-lonjak dan akhirnya dia menjambak rambutku dan menariknya sambil berkata “Masukin….Pak…ouhh… masukin….. saya… tak tahan… ouh.. saya tak tahan….ouh….” Gerakannya semakin menggila. Kulit kepalaku perih karena rambutku ditarik olehnya, akupun menghentikan kegiatanku menjilati vaginanya yang semakin basah menggairahkan. Kuposisikan kedua lututku dibawah kedua pahanya yang terangkat. Kepala penisku kuarahkan tepat dimulut liang vaginanya dan kugesek-gesekan kepala penisku sepanjang lipatannya, pantat Fatma bergoyang dan menggeliat seolah menyongsong kepala penisku untuk segera memasukinya, namun aku terus mempermainkan penisku seperti itu. Fatma semakin menggelinjang, dan rupanya nafsunya sudah tak tertahankan, sehingga dengan merengek dia berkata sambil terengah-engah “Ayo.. Pak… masukin… masukin… ouh…. masukin…” Sebenarnya, nafsukupun sudah diubun-ubun, kuletakkan kepala penisku tepat di mulut liang vaginanya dan secara perlahan kudorong pantatku… Blessshhh… Rasa nikmat menjalar disekujur pembuluh darahku dan “Auw……ouhhhh……” Fatmapun mengaduh nikmat. Perlahan namun pasti aku mulai menggoyang pantatku agar batang penisku mengobok-obok dan mengaduk-aduk liang nikmat Fatma. Fatmapun membalas dengan goyangan pinggulnya yang begitu sensasional sambil mengaduh-ngaduh nikmat “Auw.. auw… auw… “ Gerakan pantatku yang teratur dengan ritme yang tetap, membuat Fatma semakin melayang dilambungkan oleh rasa nikmat yang terus menderanya, Fatma ingin segera meraih puncak, dia menghentakkan tubuhnya hingga kami bergulingan dan dia berada diatas tubuhku, kedua tangannya dia selipkan kebawah ketiakku sehingga jari-jari tangannya dapat mencengkram pundakku dari bawah dan dada montoknya menghimpit erat dadaku.

Lalu dia mulai menggerak-gerakan pantatnya, keatas-kebawah hingga batang penisku menggaruk-garuk dinding vaginanya yang semakin gatal dan berdenyut serta meremas-remas batang penisku. Sambil terengah-engah memompa pantatnya, bibir Fatma menciumi bibirku dengan penuh nafsu, lidahnya terjulur memasuki rongga mulutku sambil mengerang nikmat “ouh…mmmmhhh ouhhh….. “ Dia ubah gerakan pantatnya dengan memutar-mutar sehingga batang penisku seperti dipelintir oleh gilingan yang sangat nikmat, akupun melenguh dan mendengus “Ouh…. ouh…”. Keluhan dan erangan nikmat, keluar dari mulut kami sahut menyahut membentuk suatu orkestra yang menggairahkan diiringi oleh derit tempat tidur yang terguncang-guncang hebat. Semakin lama goyangan pantat Fatma semakin cepat dan patah-patah serta kaku, kedua kakinya mulai kejang-kejang dan akhirnya..”Aaaakkkkkkhhhss…….” Tubuhnya benar-benar terdiam kaku dan melenting dan terasa olehku, batang penisku seperti diremas-remas dengan sangat kuat dan cepat oleh benda basah yang sangat nikmat… Kemudian tubuhnya melemas “Ouhhhhhhh…….” Kepalanya terkulai di samping kepalaku. Namun batang penisku masih tertancap kokoh didalam liang vaginanya. Ya…., Fatma baru saja memperoleh orgasme yang nikmat luar biasa, suatu puncak orgasme yang selalu dia dambakan selama ini dan tak pernah dia peroleh dari suaminya. Akhirnya saat ini dia dapatkan, sungguh Fatma merasakan puas yang tak terhingga dan diapun terhempas dengan penuh kepuasan yang tak bisa dilukiskan.

Dengan napas yang terengah-engah dan mata terpejam, Fatma terkulai lemah diatas tubuhku sambil merasakan desiran-desiran nikmat yang masih menghampirinya. Dengan gairah yang menggebu-gebu, bibirku menjilati dan menciumi leher jenjangnya yang basah oleh keringat yang berada tepat di depan mulutku, tanganku meremas-remas pantat montoknya, dan pantatku kudorongkan ke atas-kebawah agar batang penisku kembali mengocok-ngocok dinding vaginanya yang sangat basah namun tetap sempit dan berdenyut. Kenikmatan kembali menjalar disekujur tubuhku. Aku terus menggerakan pantatku, walaupun tidak mendapat respon dari Fatma, karena dia benar-benar merasa lelah karena telah memperoleh orgasme yang luar biasa melelahkan. Namun walaupun Fatma tidak membalas gerakanku, tetap saja aku mendapatkan kenikmatan dari liang vaginanya yang sempit dan meremas-remas. Lambat laun gairah nafsunya kembali datang, Fatma membalas gerakanku dengan menggoyang-goyang pantatnya mengakibatkan kenikmatan yang kuterima semakin bertambah, dan rasa nikmatpun kembali menghampiri dirinya sehingga kembali dia memperdengarkan lenguhan nikmatnya yang khas dan merangsang “Auw…auw… auw… ouhhhhh…” seirama dengan gerakan pantatnya yang bergoyang erotis. Namun goyangan erotis itu hanya dalam beberapa menit kemudian telah berubah menjadi gerakan pinggul yang kejang-kejang tak terkendali, rupanya badai orgasme kembali datang menghantamnya, napasnya mulai terasa sesak dan akhirnya “Aaaaakkkhhss…..”.

Tubuhnya kembali melenting kaku dan kontraksi dari dinding vaginanya kembali kurasakan menjepit-jepit dan meremas-meremas batang penisku membuat mataku terbeliak-beliak menahan nikmat yang luar biasa. Beberapa detik kemudian tubuhnya terhempas lemas dan terkulai diatas tubuhku. Fatma kembali memperoleh puncak kenikmatan orgasme yang sensasional untuk ketiga kalinya. Sementara Fatma terkulai lemah sambil merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya, pantatku terus mengaduk-ngaduk vaginanya dari bawah. Hanya satu menit, gairah Fatma telah pulih kembali dan diapun membalas goyanganku. Goyangannya begitu cepat dan menghentak-hentak hingga hanya dalam beberapa menit berselang kembali Fatma mencapai orgasme. Wanita memang ditakdirkan mampu mengalami orgasme berulang-ulang, dan biasanya rentang waktu antara orgasme pertama dengan kedua, ketiga dan selanjutnya dapat berlangsung hanya dalam waktu beberapa menit, tidak seperti waktu perolehan orgasme pertama yang bisa memakan waktu antara 10 hingga 15 menit. Demikian juga dengan Fatma, Dia mampu mendapatkan orgasme berulang-ulang dengan posisi seperti itu, dan hal itu berlangsung entah beberapa kali, akupun tak terlalu memperhatikan. Yang jelas nampaknya Fatma seperti ingin menumpahkan segala kerinduannya akan kepuasan orgasme yang tidak pernah dia peroleh dari suaminya. Pada saat tu, Fatma bermain dengan gairah yang terus berkobar-kobar tanpa mengenal lelah. Apabila dia merasa tubuhnya sangat lelah, tubuhku digulingkannya hingga aku berada diatasnya. Giliranku memompanya lebih aktif dan dia membalasnya dari bawah sampai dia memperoleh orgasme sambil melentingkan tubuhnya dengan kaku dan berteriak melepas nikmat dan terkulai lemah selama beberapa saat, namun hanya sesaat dia terkulai, karena tak lama kemudian diapun aktif kembali bergoyang tanpa mengenal lelah untuk menjemput puncak orgasme selanjutnya.

Aku menggulingkan tubuhku hingga dia kembali berada diatas, hingga kembali dia yang mengatur ritme goyangan. Demikian seterusnya, tubuh kami saling bergulingan untuk meraih kenikmatan yang lebih dan lebih bagaikan tak bertepi. Tubuh kami sudah sedemikian basah oleh keringat yang mengucur deras dari setiap lubang pori-pori, bantal dan seprei demikian porak poranda menahan pergulatan aku dan Fatma yang terus melenguh dan mengerang nikmat. Pada saat aku berada diatas tubuhnya yang entah ke berapa kali, aku merasakan gelombang orgasme akan menghantamku, hal ini ditandai dengan gerakan pantatku yang sudah tak terkendali dan kejang. Dan Fatmapun merasakan itu dan diapun berusaha meraih kembali orgasmenya yang terakhir agar bersamaan denganku dan “Aaakkkkkksssss…..” secara berbarengan kami meraih orgasme dan Cret… cret…. Cret… sperma kental terpancar dari penisku membasahi seluruh rongga liang vagina Fatma. Tubuh kami sama-sama terhempas sangat lemah dan lunglai, keringat membasahi seluruh permukaan tubuh kami dengan persendian yang serasa seperti dilolosi. Aku berusaha menggulingkan tubuhku agar tidak menindihnya dan tidur berdampingan Kamipun terbaring kelelahan selama beberapa menit.

Setengah jam kemudian, dengan badan yang sangat lemas, Fatma bangkit dari tidurnya dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku, kemudian mandi dengan menggunakan shower. Gemericik air dikamar mandi membangunkanku dan akupun menyusulnya ke kamar mandi. Kulihat Fatma sedang membasahi tubuhnya dengan shower. Uuhhhhh…… sungguh mulus dan menggairahkan tubuh ini….., beruntung sekali aku bisa menikmatinya. Aku menghampirinya. Dia tersentak kaget…. ”Ehhh… bapak…!!” katanya… “Bareng..ah..!” kataku. Aku pun masuk tanpa menunggu jawaban darinya, kemudian tubuhkupun diguyur shower….. terasa sangat menyegarkan begitu tubuh yang lunglai ini diguyur air dingin dari shower sehingga perlahan-lahan tenagaku pulih kembali dan terasa segar. Fatma mengambil sponge sabun dan menyabuni tubuhnya yang mulus dengan gerakan gemulai yang menggairahkan. Tubuh kami yang berhimpitan dibawah shower membuat gairahku bangkit dengan cepat… ”Aku sabuni ya…!” kataku sambil meraih sponge dari tangannya…, dia tidak protes. Lalu kusabuni tubuh mulusnya, Darahku kembali berdesir ketika menyabuni tubuhnya, dan perlahan-lahan penisku berdiri tegak. Perubahan pada batang penisku rupanya diperhatikan oleh Fatma. “Ihhhh…., ini barang memang hebat….!! Ngga ada capenya….!”

Katanya sambil tersenyum manja dan penuh gairah. Kemudian tangannya meraih batang penisku dan mengocoknya. Sementara Fatma mengocok batang penisku, tangankupun sudah tidak lagi menyabuni tubuh mulusnya namun lebih banyak meremas buah dadanya yang montok. Acara mandi bersama telah berubah manjadi percumbuan di kamar mandi, semakin lama percumbuan itu semakin panas membara, dan napas kami sudah memburu dipacu oleh nafsu yang menggebu-gebu. Batang penisku semakin keras dan tegang. Kudorong tubuhnya agar menyandar ke dinding kamar mandi. Kutekuk kakiku dan dia membuka kakinya, kuarahkan batang penisku yang sudah mengacung kaku. Fatma meraih batang penisku dan mengarahkan agar kepala penisku tepat berada di liang vaginanya dan setelah kurasa pas aku mulai mendorong pantatku.

Blesssshhhhh….. batang penisku mulai meyeruak memasuki liang vaginanya yang serasa seret karena terkena air dingin, namun memberikan sensasi nikmat yang beda. Akupun mulai mengayunkan pantatku untuk mengocok-ngocok batang penisku di dalam liang vaginanya. “Auw… auw…. Auw… “ erangan nikmat yang khas mulai diperdengarkan oleh Fatma. Bercinta dibawah pancuran shower, menimbulkan sensasi nikmat tersendiri, dan kami betul-betul menikmati persetubuhan itu hingga akhirnya tubuh Fatma melenting kaku dengan kaki terjinjit dan menjerit “Aaaakkkkkhhhh……” rupanya Fatma sudah meraih puncak orgasme di kamar mandi ini. Kupeluk tubuhnya agar tidak jatuh dengan mempertahankan agar batang penisku tidak lepas dari liang vaginanya. Kuciumi bibir dan lehernya dengan penuh nafsu. Tapi, Fatma mendorong tubuhku agar aku duduk di closet duduk. Akupun duduk dengan batang penis yang masih mengacung tegak. Lalu Fatma mengangkangiku sehingga kedua pahanya berada dipinggir kiri dan kanan pinggulku. Secara perlahan dia menurunkan pantatnya dan Blesssshhhh…., batang penisku menyeruak liang vaginanya dan menyusuri dinding liang yang tak henti-hentinya memberikan rasa nikmat yang luar biasa.

Fatma menekan pantatnya hingga seluruh batang penisku amblas tertelas oleh liang vaginanya. Dia menekan terus hingga batang penisku masuk sedalam-dalamnya. Dan mendiamkannya sesaat. Kemudian secara perlahan, Fatma mengerakan pantatnya keatas-kebawah hingga batang penisku mengocok-ngocok dinding liang vaginanya, Kedua tanganku membantu gerakan tubuhnya dengan mengangkat pinggangnya ke atas kebawah. Erangan nikmat kembali diperdengarkan Fatma “Auw… auw … auw…” dengan nafas yang terengah-engah oleh nafsu yang menguasai dirinya. Semakin lama gerakan pantat Fatma berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang cepat tak terkendali dan akhirnya kedua tangannya mencengkram bahuku dan menjerit sambil melentingkan tubuhnya “Aakkkkkkh……..” Rupanya Fatma telah memperoleh orgasmenya kembali. Fatma menghempaskan tubuhnya dengan memeluk erat tubuhku . Tubuh itu benar-benar mulus luar biasa, basah dan mengkilat serta licin oleh sabun.

Tak lama kemudian tubuh itu kembali bergerak-gerak agar batang penisku yang masih tertancap kokoh diliang vaginanya kembali mengaduk-aduk liang vaginanya. Tak lama kemudian, hanya beberapa menit saja kembali tubuhnya kejang-kejang dan menjerit nikmat meraih orgasme tuk kesekian kalinya “Akkkkkssssss…..” Beberapa menit kemudian, Fatma kembali bergoyang mengocok-ngocok vaginanya dan aku merasa badai gelombang orgasme akan menghantamku, maka aku berdiri tegak sambil mengangkat tubuhnya dan berjalan menghampiri dinding kamar mandi, kusandarkan tubuhnya ke dinding, dan kulepaskan kakinya agar berdiri berjinjit, kemudian dengan gerakan pantat yang cepat, keras dan kaku, aku mulai mengocok batang penisku di dalam liang vagina Fatma, kenikmatan yang kudapat dalam posisi seperti ini sungguh luar biasa, dan posisi berdiri seperti merupakan posisi pavouritku, karena aku bisa mendapatkan sensasi kenikmatan orgasme yang luar biasa nikmat. Fatma paham, bahwa aku akan mencapai orgasme, maka diapun membalas gerakannku dengan tak kalah serunya, hingga akhirnya secara bersamaan kamipun menjerit meraih orgasme “Aaaakkkkkhsss……”. Cret… cret…. cret… spermakupun terpancar dengan deras ke seluruh rongga liang vaginanya. Beberapa saat tubuh kami diam terpaku sambil saling berpelukan sementara shower terus mengguyur tubuh kami berdua. Guyuran air shower dengan cepat memulihkan kesegaran kami, dan kamipun melanjutkan mandi sampai selesai disertai dengan cumbuan-cumbuan mesra. Kami kemudian berpakaian, dan betapa kagetnya Fatma, karena ternyata waktu telah menunjukkan jam tujuh malam. Tapi dibenaknya langsung tercipta alasan yang bisa diterima oleh suaminya tentang keterlambatannya pulang ke rumah.

Tak lama kemudian Fatmapun pamitan dan menolak diantar olehku, ‘untuk menghindari curiga orang lain’ katanya. Peristiwa yang ketiga persetubuhanku dengan Fatma, benar-benar telah mengikat akal sehat Fatma, Dia tak mampu lagi lepas dari pesona seksual yang didapatnya dariku dan dia benar-benar nekad, sehingga selalu mencuri-curi waktu dan kesempatan untuk bisa melepaskan semua hasrat kepuasan birahi denganku, baik di tempat kostku, ataupun hotel di luar kota, dengan membuat alasan ‘ada tugas dari kantor’ pada suaminya.

Pernah dia mencoba untuk tidak bercinta denganku selama hampir dua bulan, tapi akhirnya pertahanannya bobol juga, karena kubutuhannya akan kepuasan seksual tidak juga dapat diperoleh dari suaminya dan akhirnya kembali dia membuat janji denganku untuk mengayuh nikmat meraih orgasme di hotel di luar kota. Dan jika sudah demikian Fatma pasti bermain bagaikan kuda binal yang melonjak-lonjak sangat liar tanpa mengenal lelah selama beberapa jam. Dia akan bergoyang dengan sangat lincah dan erotis untuk menjemput orgasmenya secara berulang-ulang, hingga akhirnya terhenti setelah tubuh kami tak bertenaga lagi karena suluruh persendian seolah-olah dilolosi. Kami tidak tahu, kapan hubungan perselingkuhan ini akan berakhir.

Wajib dibaca :
- LOGIKA MEMPERBESAR PENIS
- Cerita Sex Dewasa Ngentot: Diperkosa Teman Suami
- 10 negara berbudaya free sex
- Bercinta dengan Lia sang pramugari sexy
- Janda Muda
- 4 Jenis Penis